Minggu, 22 Agustus 2021

AKU TAK MAU!

 






“kruuk..” Suara perutku menggemma di ruangan.

            Terdengar suara wanita dari arah dapur. “Tunggu sebentar ya nak, ibu sedang masak.” Suara itu terdengar aneh, tangis dan tawa bercampur satu dalam satu hentakan. Sangat aneh!

Aku tertunduk lemas. Lapar dan haus membuat perutku mual, rasa mual ini berbeda dengan rasa mual yang biasa orang lain rasakan. Mual ini sangat menjijikan.

            Jarum panjang jam mulai berputar delapan, sempilan, sepuluh, sebelas, dua belas. Dua puluh menit telah berlalu.

Karena rasa lapar yang semakin kuat, hidungku mulai sensitif akan sekitar. Tercium aroma yang begitu harum,

“Hmm.. Aroma ini.” Otakku sudah terpenuhi oleh beribu bayangan makanan dengan rasa yang begitu lezat. Salah satunya sup daging dengan bumbu cabainya. Perutku semakin merengek, dan tanpa sadar air liurku mulai berjatuhan.

“Tidak, bukan makanan ini yang aku mau.” Aku berusaha menahan rasa laparku dengan menggigit lidahku. Cairan merah kental jatuh menetes ke bajuku yang sudah terpenuhi oleh warna dan aroma yang sama. Aku mencoba memejamkan mata untuk sesaat.

Tak..tak..tak suara langkah terompah menggema di ruangan merah ini. Tidak, seharusnya dinding ruangan ini berwarna putih!

Wanita dengan rambut hitam sepinggang berjalan dengan terhuyung-huyung menuju ke arahku. Nafasnya terengah-engah, pandangannya dingin, tidak! Lebih tepatnya kosong, tatapan itu ter-tunjuk padaku, membuat perutku semakin mual.

Wanita seram

“Silahkan nak, ibu sudah masak kesukaan mu nih.” Wanita itu menaruh mangkok yang berisikan sup daging yang sedari tadi aku dambakan.

Dia tersenyum, membuat diriku tak bisa lagi menahan rasa mual yang begitu kuat.

“Wueek..” Mual yang sedari kutahan terlepas begitu saja. Sudah tidak ada lagi makanan, hanya air bening dan rasa perih yang kurasakan saat muntah itu terluapkan.

            “Nak kamu gak papa?” Tanya wanita itu dengan alis yang mengkerut.

            “E..e..en..ngak.” Jawabku terbata-bata.

            “Yuk sini ibu suapin.” Kata wanita itu sambil menyodorkan sendok berisi kuah sup yang dia bawa.

            “…” Aku hanya diam, saat melihat kuah sup yang sedari tadi ku dambakan kini ada tepat di depan mulutku.

Kuah sup itu bukan yang aku inginkan.

            “Ayo nak!” Kata wanita itu kembali dengan nada yang lebih tinggi.

            “…” Lagi-lagi aku hanya diam, tanpa mengeluarkan sedikitpun kata.

            “Ayo makan, jangan buat ibu menunggu!” Wanita itu menarik mulut ku, dan memaksanya untuk terbuka.

            Sulit bergerak bagiku dengan tangan dan kaki yang terikat erat di bangku. Aku hanya bisa melawan dengan menggelangkan kepala.

            “Ibu tanya, kamu mau makan atau tidak?” Tanya wanita itu dengan raut wajah yang kecewa. Mukanya kini tampak jelas di depan mataku. Tercium bau yang sangat menjijikan dari mulutnya saat dia bicara. Bibirnya biru pucat, seperti mayat yang baru di kubur.

            “Ti..ti..tidak” Kali ini aku mencoba menjawabnya. Tanganku bergetar, wajahku memucat. Apa aku akan sama seperti dia?

            “Baik kalo kamu nggak mau makan. Oh ya, ibu tadi masak sate juga loh.” Wanita itu bangkit dari tempat duduknya sambil membawa semangkuk supnya. “Kamu coba cicipi ya nak.” Wanita itu beranjak dari pandanganku

            Untuk sesaat tubuhku kembali bisa bergerak. Aku mencoba melihat sekitar dan mencoba mencari celah. Namun hasilnya nihil, belum sempat aku berganti pandangan wanita itu datang kembali ke padaku dengan piring di tangannnya. Sate dan rendang, makanan nikmat namun tidak untuk saat ini.

            “Sekarang kamu coba makan ini.”

            “…” Aku menanggapinya dengan menggelengkan kepala.

            “Yaudah kamu coba satenya aja ya.” Wanita itu memohon padaku agar mau memakannya.

            “…”

            “Anak sialan! kamu maunya makan apa hah!.”

            “..” Tubuhku bergetar. Mataku hanya fokus pada rendang dan sate yang wanita itu bawa.

            Plak.. Wanita itu menamparku hingga tersungkur.

            “Kamu memang anak yang tidak tau diri ya!” Raut wajahnya begitu mengerikan. Dia marah, namun senyumannya itu tidak pernah lepas dari wajahnya.

            “…”

            “Cepat makan ini!” Wanita itu menarik rambutku hingga palaku terdangak.

            “Tidak..tidak..” Aku berteriak memohon padanya. “Maafkan aku ibu..”

Wanita itu tidak mempedulikan kata-kata ku dan memaksakan sendok yang berisi daging rendang itu ke dalam mulutku.

            “Cepat buka mulutmu!”

            “Tidak ibu, jangan.”

            “Cepat buka!”

            “Tidak bu..”

            “Cepat!” Teriak wanita itu sambil menghempaskan mangkuk yang berada di depanku.

            Prank.. Mankuk itu pecah, belingpun berserakan. Namun tidak hanya beling saja yang terlihat berantakan, tetapi sesuatu yang terlihat tidak asing untukku. “Iya” mata itu, aku mengenalnya, itu mata ayah. Suami dari wanita itu.

            “Tidak bu, aku tidak mungkin memakan daging manusia..”

AKU TAK MAU!

  “kruuk..” Suara perutku menggemma di ruangan.             Terdengar suara wanita dari arah dapur. “Tunggu sebentar ya nak, ibu sedang ma...